Organisasi Profesi Guru

Presiden Jokowi memberi hormat kepada Guru-Guru se Indonesia.

Tema Gambar Slide 2

Deskripsi gambar slide bisa dituliskan disini dengan beberapa kalimat yang menggambarkan gambar slide yang anda pasang, edit slide ini melalui edit HTML template.

Tema Gambar Slide 3

Deskripsi gambar slide bisa dituliskan disini dengan beberapa kalimat yang menggambarkan gambar slide yang anda pasang, edit slide ini melalui edit HTML template.

Sabtu, 29 September 2018

SAMBUTAN GUBERNUR DKI ANIS BASWEDAN DALAM RAKORNAS IGI 2018 DI JAKARTA CONVENTION CENTER #menemubaling


SAMBUTAN GUBERNUR DKI ANIS BASWEDAN DALAM RAKORNAS IGI 2018 DI JAKARTA CONVENTION CENTER
#menemubaling

[05.48, 30/9/2018] Mampuono: Assalamualaikum warahmatullah wabarakatuh.

Sungguh saya senang sekali pada hari ini bisa kembali bertemu dengan teman-teman di IGI. Komitmen untuk peningkatan kompetensi guru adalah komitmen kita semua. Begitu kita bicara tentang profesi guru maka semua organisasi profesi harus merujuk pada peningkatan kompetensi, karena itu kuncinya. Dan, laporannya Bang Ramli tadi luar biasa.  IGI tidak salah pilih pemimpin untuk mengelola organisasi.

Perasaan saya diwaktu dulu ia terpilih, saya jadi saksi dan saya kenal bang Ramli ketika jauh sebelum  aktif di IGI. Lama. Sudah lebih dari 9 tahun. Sekitar 2009 sudah panas eh kenal dan 2009 itu masih  aktif sekali.

Saya senang bahwa IGI kemudian makin hari makin berorientasi sebagai organisasi profesi. Bukan sebagai organisasi masa, bukan sebagai organisasi pekerja, dan bukan sebagai organisasi politik.  Karena begitu disebut profesi maka harus bisa terus menerus diikuti perubahan zaman. Karena itu  kompetensi salah satu filosofi yang ingin ditumbuhkan, bukan ditanamkan.

Filosofi yang ingin ditumbuhkan adalah filosofi bahwa seorang guru adalah seorang pembelajar. Seorang guru harus memiliki semangat belajar terus-menerus. Bila guru berhenti belajar maka berhentilah jadi guru. Bila guru terus belajar, maka jangan pernah berhenti menjadi guru, karena selama dia belajar terus maka semua yang berada di sekitarnya akan merasakan manfaatnya, baik murid dalam artian peserta didik di sekolah maupun orang-orang yang berada disekitarnya, di rumahnya, dan  di lingkungannya.

Guru selalu jadi rujukan di rumah, di lingkungannya, dan di tempat dia bekerja. Karena itu kita ingin sekali semangat guru pembelajar ini diteruskan, meskipun namanya sekarang sudah tidak ada di Kemdikbud. Tetapi tidak apa-apa. Yang penting semangat untuk belajar  terus-menerus dan pelatihan-pelatihan ini penting sekali.

Kita semua tadi mendengar cerita ilustrasikan dengan baik sekali oleh Bung Ramli. Banyak yang merasa  sudah berpengalaman menjadi guru, karena itu mereka bertanya pada diri sendiri, mengapa saya harus belajar lagi. Bukankah tidak perlu lagi?  Ini seringkali muncul dan memenuhi benak guru tadi.

Penggambaran tentang pendidikan kita sederhana. Hari ini anak kita hidup di abad 21, gurunya abad 20, ruang kelasnya abad 19. Ya, ruangan yang model abad 19 gurunya abad 20, dan anaknya abad 21. Kita tidak mau belajar bagaimana kita bisa memetik merangsang agar anak-anak ini tumbuh lagi.  Bukan menanamkan, bukan membentuk, tapi bagaimana kita merangsang dan menumbuhkan. Dan itu membutuhkan kemampuan keterampilan yang berbeda, karena itu  kemauan belajar inilah yang membedakan guru berpengalaman dengan guru yang tak berpengalaman.

Apa bedanya? Sama-sama menjalani menjadi guru, yang satu menjalani guru 10 tahun yang satu menjalani guru 5 tahun, mana yang lebih berpengalaman? Yang sudah guru 10 tahun atau yang 5 tahun? Mana? Berapa? 10 tahun? Yakin? Ayo yakin nggak? Siapa yang lebih pengalaman?

SEJARAH IGI




SEJARAH IGI
Oleh: Ahmad Rizali (Salah satu pendiri IGI)

Saya sengaja memulai menulis sejarah IGI dari perspektif saya dan sekuat ingatan saya. Sangat banyak faset yg bolong, tokoh yang terlupa. Seingatku Dhitta Puti Sarasvati pernah juga menulisnya dari obrolan dengan para pelaku. Saya hanya mampu menulisnya sd saya ikut aktif sebagai pembina dan masih ikut muter2 ke daerah.

IGI akan terus berjalan dan menebar kebaikan dan jika sempat, para pelaku sejarah sesudah kami, berkenan menuliskannya, sesubyektif apapun, biarlah sejarawan dan cucu kita nanti yang menilai kebenarannya. So, silahkan semua menulis dan tak harus diposting jika akan tak produktif, tetapi catatan anda akan sangat bernilai karena melihat genomnya dan fengshui nya, IGI ini "Sintong" dan akan jadi Bengcu nanti, believe me.

Senin, 03 September 2018

MENYALAHKAN ITU MUDAH


Seorang murid di sekolah melukis begitu mengagumi lukisan yang baru dibuatnya, ia menilai itu adalah karya terbaiknya . Dengan besar hati ia memasang lukisannya di etalase umum di sekolah nya, ia berharap penilaian tentang lukisannya dari teman2 satu sekolah.

Di bawah lukisan ia menulis : "Barangsiapa yang menemukan kesalahan pada lukisan ini, mohon diberi tanda dengan menggunakan tinta merah "Sore harinya ia temukan lukisan terbaik miliknya sudah penuh dengan coretan2 merah, begitu banyaknya coretan2 itu sehingga lukisan aslinya tidak dikenali lagi .

Merasa gagal sebagai pelukis ia kemudian mengadukan hal itu pada gurunya , guru yang bijak itu menasihati : "Besok engkau taruh lagi lukisan terbaikmu di etalase sekolah, tulislah dibawah lukisanmu itu kalimat ini: " Barangsiapa yang menemukan kesalahan pada lukisan ini mohon gunakan kuas yang telah tersedia untuk memperbaiki."

.Dan ia pun melaksanakan nasihat gurunya, dari jauh ia memperhatikan tidak seorangpun berani mendekat ke lukisan itu ... bahkan sampai sore hari, tidak ada seorangpun temannya satu sekolah yang mencoba memperbaiki lukisan itu.

Gurunya menjelaskan : " Orang yang mampu mencari dan menemukan kesalahan/aib itu jumlahnya banyak sekali ... namun orang yang mampu memperbaiki dan berbuat sesuatu untuk menutupinya amatlah jarang/langka.

Begitulah kondisi kita dewasa ini, amat suka mengkritisi dan mencela, tapi tak satupun yang datang dengan solusi."

Pelukis muda itu tersenyum puas dengan keterangan gurunya itu ....

Nb .:
Setiap orang bisa menjadi guru kehidupan bila berfikir positip dan bersinergi utk yang lebih baik lagi.. ghp..

wejangan dari Prof. Amri Marzali